Meski tampangnya tidak imut dan menggemaskan seperti kucing angora atau persia, kucing hutan juga banyak diincar oleh para cat lover.
Padahal di Indonesia kucing hutan termasuk hewan yang dilindungi. Apa yang menarik dari kucing ini? Yuk, simak ulasannya di bawah ini.
1. Apa itu Kucing Hutan?
Kucing hutan atau yang dikenal juga dengan nama kucing blacan termasuk golongan kucing liar.
Sesuai namanya, habitat asli kucing ini adalah hutan alami. Di Indonesia, kucing hutan bisa ditemukan di hutan-hutan Sumatra, Kalimantan, dan Jawa.
Kucing hutan banyak diburu karena corak bulunya unik seperti macan. Selain itu, karakteristiknya yang agresif, aktif, dan pemberani juga membuat para pecinta kucing penasaran untuk memilikinya.
Berbeda dengan kucing kampung yang hobi berburu tikus kecil, kucing hutan biasa berburu mangsa yang lebih besar, seperti tikus besar, burung, dan reptil. Bahkan, binatang yang ukurannya jauh lebih besar dari tubuhnya.
2. Ciri-Ciri Kucing Hutan
Kucing hutan memiliki ciri-ciri fisik yang berbeda dengan kucing peliharaan. Beberapa ciri yang dimilikinya juga dipengaruhi oleh habitat tempat hidupnya.
Agar tak penasaran, berikut ini adalah ciri-ciri kucing hutan yang perlu kamu tahu.
- Postur tubuhnya lebih tegap, ramping, dan memiliki kaki yang panjang.
- Ukuran tubuh kucing jantan lebih besar daripada betina. Kucing jantan bisa mencapai bobot hingga 10 kg, sedangkan betinanya hanya sekitar 4–5 kg.
- Bentuk kepalanya besar dan agak panjang, tetapi lebih kecil dibandingkan porsi tubuhnya.
- Lehernya besar, panjang, dan berotot, proporsional dengan ukuran kepalanya.
- Hidung kucing hutan besar dan lebar dengan kulit hidung berwarna merah serta memiliki garis luar berwarna hitam.
- Telinganya berukuran sedang dan menghadap ke arah depan.
- Matanya lebar dan bulat seperti buah almon, berwarna hijau atau amber.
- Pada umumnya, bulu kucing hutan berwarna dasar oranye dengan pola khas tabby spotted berwarna kehitaman, cokelat, atau cinnamon. Pada pundaknya, terdapat garis horisontal hitam dan pada ekornya, terdapat lingkaran seperti cincin dan ujungnya berwarna gelap.
- Pola lain yang juga sering dijumpai adalah oyster di bagian paha, dan pola kupu-kupu di bagian bahu.
3. Jenis-Jenis Kucing Hutan
Seperti kucing piaraan, kucing hutan juga memiliki banyak jenis yang tersebar di berbagai belahan dunia. Beberapa di antaranya sangat terkenal karena keunikannya.
Berikut ini beberapa di antara jenis kucing hutan yang cukup populer.
3.1. Kucing Bengal
Kucing bernama latin Felis bengalensis ini memiliki banyak nama lain, di antaranya kucing blacan, leopard cat, dan Bengal tiger cat. Jenis kucing ini termasuk yang paling banyak dicari untuk dipelihara.
Berasal dari California, Amerika Serikat, kucing Bengal memiliki ukuran tubuh yang besar, gagah, dan panjang. Ototnya sangat kuat dan ditunjang tulang yang besar serta tebal.
Uniknya, bulu kucing bengal ini rapat dan halus dengan dominasi warna hitam dan cokelat.
Kucing Bengal merupakan generasi ketiga hasil perkawinan silang antara kucing american shorthair dengan asian leopard.
Selain memiliki sifat seperti kucing hutan lainnya yang aktif, cerdas, dan pemberani, kucing bengal memiliki sifat unik, yaitu suka mandi.
3.2. Macan Dahan Benua
Di alam bebas, kucing bernama latin Neofelis nebulosa ini tidak bisa lagi ditemukan.
Namun, kamu bisa menemukannya di tempat-tempat penangkaran di Asia Tenggara, seperti di Indonesia, di daerah pegunungan Cina, India, Indocina, dan Semenanjung Melayu.
Di Indonesia, terdapat dua spesies kucing hutan yang hidup di hutan-hutan Kalimantan dan Sumatra. Panjang tubuh kucing ini mencapai 95 cm dengan kaki-kaki bertelapak lebar sehingga lincah meloncat-loncat di dahan.
Corak bulu macan dahan sangat menarik. Bulunya didominasi warna abu-abu kecokelatan dan dipenuhi bintik-bintik hitam di seluruh tubuhnya, di bagian kepala, juga pada ekornya yang panjang.
Sama seperti kebanyakan kucing hutan, kucing ini juga piawai berburu di malam hari.
3.3. Kucing Batu
Mempunyai nama latin Pardofellis marmorata, kucing jenis ini berasal dari Asia Tenggara dan Asia Selatan.
Dengan total populasi kurang dari 10.000 ekor, oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature), kucing batu dimasukkan dalam daftar satwa yang rentan punah.
Kucing batu memiliki panjang tubuh 46–62 cm dan panjang ekor 35–55 cm dengan bobot tubuh bisa mencapai 5 kg.
Corak bulunya merupakan kombinasi dari empat warna, yaitu abu-abu, cokelat, hitam, dan kuning. Kucing batu hobi berburu tupai, burung, tikus, dan reptil.
3.4. Macan Dahan Kalimantan
Nama macan dahan kalimantan atau Bornean Clouded Leopard diberikan oleh WWF pada tanggal 14 Maret 2007. Meski demikian, kucing ini tidak hanya bisa ditemukan di hutan Kalimantan, tetapi juga di Sumatra.
Nama latin kucing liar bertubuh sedang ini adalah Neofelis diardi, sebagai penghormatan kepada penjelajah dari Perancis, Pierre Medard-Diard. Felis diardi sendiri berarti “kucing milik Diard”
Sebagai kucing pemangsa terbesar di Kalimantan, kucing ini memiliki tubuh yang besar dan kekar, dengan bobot mencapai 25 kg dan panjang tubuh 90 cm. Taring giginya cukup panjang, yaitu 2 inci, proporsional dengan ukuran tengkoraknya.
Ekor kucing ini bisa tumbuh hingga panjangnya sama dengan panjang tubuhnya sebagai alat untuk menjaga keseimbangan badan. Corak bulu macan dahan kalimantan berbentuk oval tak beraturan dengan warna hitam pada bagian tepi dan titik tengahnya.
Dilihat dari karakteristiknya, kucing ini termasuk makhluk yang lebih suka menyendiri. Tak heran, banyak kebiasaan macan dahan kalimantan yang belum diketahui.
Yang pasti, kucing ini berburu di atas tanah dan memiliki keahlian memanjat untuk menyelamatkan diri.
3.5. Kucing Emas Asia
Kucing emas asia terdapat di hampir seluruh Asia, terutama di Nepal, Tibet, India, Bhutan, Bangladesh, Myanmar, Kamboja, Thailand, Laos, Malaysia, dan Indonesia.
Habitatnya adalah hutan yang diselingi daerah berbatu, hutan hujan tropis yang hijau, dan hutan subtropis.
Kucing bernama latin Pardofelis temmincki ini adalah kucing hutan berukuran sedang, dengan panjang badan 66–105 cm dan panjang ekor 40–57 cm. Berat badannya tiga kali lebih besar daripada kucing peliharan biasa, yaitu sekitar 9–16 kg.
Kelebihan kucing emas asia adalah bisa memanjat pohon dengan cepat dan aktif di malam hari. Mangsa yang disukainya adalah burung, tikus besar, dan reptil, bahkan bisa mengalahkan hewan yang ukurannya jauh lebih besar, seperti sapi dan kerbau.
Suara kucing ini unik, yaitu bisa mendesis, mengeong, mendengkur, dan menggeram.
Untuk berkomunikasi dengan kucing lainnya, kucing emas asia menandai wilayahnya dengan aroma, menyemprotkan urine, mencakari pohon, atau menggosokkan kepala ke benda tertentu.
3.6. Kucing Kuwuk
Berbeda dari kucing hutan yang rata-rata berukuran besar, kucing kuwuk memiliki tubuh relatif kecil, hampir sama dengan kucing kampung.
Persebaran kucing kuwuk atau kucing congkok ini cukup luas, terutama di wilayah Asia Selatan dan Asia Timur, tetapi juga ada di Indonesia.
Dalam bahasa Inggris, kucing kuwuk disebut leopard cat karena bulunya memiliki corak bintik-bintik seperti macan tutul, sedangkan nama latinnya adalah Prionailurus bengelensis.
Tubuhnya ramping, kakinya panjang, dan di antara jari-jari kakinya terdapat selaput.
Warna bulu kucing kuwuk sangat bervariasi. Di wilayah selatan, bulu kucing kuwuk berwarna cokelat kekuningan, sedangkan di utara berwarna abu-abu perak pucat.
Meski berukuran kecil, fisik kucing kuwuk sangat kuat dan bisa berburu di kegelapan dengan mudah.
3.7. Kucing Hutan Jawa
Nama kucing hutan jawa digunakan karena memang habitat utama kucing ini adalah di Pulau Jawa. Uniknya, meskipun bernama kucing hutan, kucing ini tidak hanya hidup di hutan, tetapi juga di lahan-lahan kebun masyarakat.
Dalam Lampiran PP No. 7 Tahun 1999 dan ketentuan dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1990, kucing hutan jawa ditetapkan sebagai satwa liar yang dilindungi.
Meskipun sifat kucing ini ganas dan liar sehingga cukup berisiko jika dipelihara, populasinya terus berkurang.
Ciri fisik kucing ini hampir sama dengan kucing kampung, tetapi ukuran tubuhnya sedikit lebih besar.
Warna bulunya didominasai warna abu-abu gelap dengan corak tak beraturan. Selain lihai meloncat dan memanjat pohon, kucing hutan jawa juga jago berenang.
4. Cara Merawat Bayi Kucing Hutan tanpa Induk
Karena memiliki karakteristik dan sifat yang berbeda, merawat kucing hutan juga tidak sama dengan merawat kucing rumahan.
Minimnya pengetahuan dalam merawat kucing hutan bisa menyebabkan kucing menjadi rentan terkena penyakit atau bahkan mati.
Oleh karena itu, sebelum berniat memeliharanya, pelajari dan kuasai lebih dahulu tips dan cara merawat anak kucing hutan dengan baik. Hal ini penting terutama bagi para pemula agar kucing tidak mati sia-sia dan menyebabkan populasinya semakin berkurang.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam merawat kucing hutan adalah sebagai berikut.
4.1. Penuhi Kebutuhan Gizinya
Kalau kamu mengira anak kucing membutuhkan gizi lebih sedikit dibanding kucing dewasa, hal itu ternyata salah.
Anak kucing justru membutuhkan gizi dua kali lipat dari kucing dewasa. Anak kucing yang sudah berumur lebih dari 5 atau 6 minggu, berikan makanan rutin 4 kali sehari.
Saat kucing masih bayi, berikan susu khusus kucing. Jangan berikan susu sapi yang biasa kamu minum karena bisa menyebabkan kematian.
Setelah agak besar, berikan makanan khusus kucing yang mengandung taurin agar terhindar dari penyakit jantung dan penglihatan kabur.
Jika sudah berusia 8 hingga 10 bulan, kucing sudah mulai dibiasakan untuk makan makanan rumah.
Contohnya adalah nasi yang dicampur daging ayam rebus. Jangan sekali-sekali memberikan daging mentah kepada kucing hutan.
4.2. Mandikan Jika Perlu
Kucing hutan tidak perlu dimandikan secara rutin, cukup lakukan ketika bulu kucing mulai berbau. Untuk memandikan kucing hutan, gunakanlah air dingin karena yang panas dapat mengiritasi kulitnya dan merusak bulunya.
Cara memandikan kucing hutan adalah dengan mencampurkan sampo kucing ke dalam bak berisi air dingin setinggi kaki kucing. Kemudian, masukkan kucing mulai dari kakinya secara perlahan. Basahi tubuh kucing secara perlahan dan lembut agar kucing tidak meronta-ronta.
Langkah selanjutnya adalah membersihkan kaki dan kuku kucing. Bilas seluruh badan sambil digosok secara perlahan hingga bersih. Terakhir, gunakan handuk bersih dan halus untuk mengeringkan seluruh bagian tubuh kucing.
4.3. Sikat Bulunya
Setelah dimandikan, jangan lupa untuk menyikat bulu kucing. Gunanya adalah untuk menghilangkan rambut mati atau rontok, kuman, dan bakteri yang terdapat pada kulit dan bulu kucing hutan.
4.4. Bersihkan Gigi, Telinga, dan Kuku
Memandikan dan menyikat bulu kucing tidak cukup untuk menjaga kebersihannya. Kamu juga harus rajin membersihkan gigi, telinga, dan kuku kucing karena ketiganya rentan dihuni kuman. Jika dibiarkan kotor, kucing akan mudah terkena penyakit.
4.5. Ajak Bermain di Luar Rumah
Agar tumbuh dengan baik, kucing juga harus banyak melakukan aktivitas fisik. Caranya adalah dengan mengajaknya bermain di luar rumah sesekali. Dengan begitu, kucing akan sehat, lincah, dan semakin akrab denganmu.
4.6. Latih dengan Kebiasaan Baik
Kucing juga perlu dilatih untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan baik, seperti pergi ke toilet atau makan dan tidur di tempat yang sudah disediakan untuknya.
Dengan membiasakan sejak dini, kucing akan menjadi terbiasa melakukannya hingga dewasa dan ini akan meringankan tugasmu.
4.7. Bersikap Tegas
Jangan salah, kucing pun bisa dididik, lho. Jangan ragu untuk bersikap tegas dan memarahi kucing jika ia melakukan kesalahan atau berperilaku buruk. Tujuannya adalah agar kucing mengerti mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak.
4.8. Jaga Kesehatannya
Meski namanya kucing hutan, ternyata kucing ini termasuk mudah terserang penyakit karena daya tahan tubuhnya tidak terlalu baik. Jika kucing menunjukkan tanda-tanda terjangkit penyakit, segera bawa ke dokter hewan untuk segera ditangani.
Vaksin wajib diberikan kepada kucing secara rutin agar terhindar dari virus dan penyakit berbahaya. Konsultasikan dengan dokter hewan untuk mengetahui jenis-jenis vaksin yang diperlukan.
4.9. Berikan Kandang yang Hangat
Karena mudah sakit, berikan kandang yang hangat, nyaman, dan bersih. Dengan begitu, kucing hutan tidak mudah stres dan selalu sehat. Sediakan kandang yang luas agar kucing leluasa berjalan di dalam kandangnya.
5. Cara Menjinakkan Kucing Hutan
Selain mengetahui cara merawat kucing, kamu juga harus menguasai tip dan trik menjinakkan kucing hutan atau kucing liar. Jenis kucing ini termasuk berbahaya jika tidak bisa dijinakkan.
Kamu bisa mencoba cara-cara berikut ini untuk menjinakkan kucing hutan.
5.1. Siapkan Kandang Khusus
Siapkan kandang khusus yang dilengkapi kebutuhan kucing, seperti tempat makan dan minum, litter box, dan mainan. Tempatkan kandang di area yang tidak terlalu terang. Kucing membutuhkan waktu untuk terbiasa dengan kehadiran manusia di sekitarnya.
5.2. Pahami Bahasa Tubuhnya
Kamu juga perlu memahami bahasa tubuh kucing agar mengerti apa yang dirasakan atau akan dilakukan kucing. Misalnya, saat akan menyerang, kucing akan terlihat gelisah, pupil matanya membesar, dan bulunya berdiri.
5.3. Lakukan Kitten Trick
Kitten trick adalah teknik tertentu yang dilakukan agar kucing tidak terlalu sering menggunakan cakarnya. Salah satu cara yang bisa kamu lakukan adalah dengan memberikan mainan di dekat kucing agar kucing sibuk bermain.
5.4. Berikan Hadiah
Kucing sangat mudah mengingat hal yang membuatnya senang atau menguntungkannya. Jadi, berikan hadiah saat kucing hutan melakukan hal yang baik. Hal ini akan membuatnya senang mengulang perbuatan tersebut. Dengan begitu, sifat agresifnya akan berkurang.
5.5. Berikan Sentuhan Lembut
Sering memberikan sentuhan lembut akan membuat kucing terbiasa dengan sentuhan tangan manusia. Dengan cara ini, kucing tidak akan menggunakan cakarnya. Saat mengajak kucing bermain, kamu bisa mengelus kepala dan tubuh kucing dengan lembut.
5.6. Penuhi Kebutuhannya
Hal yang sangat penting agar kucing jinak adalah dengan memenuhi kebutuhannya, terutama dalam hal makanan. Rasa lapar akan membuat sifat alamiah kucing hutan muncul kembali, yakni berburu dan tentunya hal ini bisa menimbulkan masalah.
Memelihara binatang berarti harus siap dengan semua konsekuensinya, apalagi memelihara kucing hutan yang sifat alamiahnya liar dan ganas.
Jadi, pertimbangkan matang-matang sebelum memutuskan memeliharanya agar tak merugikan kucing itu sendiri.