Permainan Tradisional di Berbagai Wilayah Indonesia

Di Indonesia terdapat banyak sekali permainan tradisionalnya. Bahkan saking banyaknya, masih belum jelas berapa total keseluruhan jumlah permainan tradisonal tersebut.

Selain itu, hingga kini belum ada data ataupun penelitian yang benar-benar menjelaskan mengenai permainan tradisional, baik itu permainan tradisional pada suatu daerah, ataupun permainan tradisional Indonesia.

Berikut ini adalah beberapa permainan tradisional yang hingga kini masih eksis, atau masih tetap digemari oleh kalangan anak-anak putra bangsa.

Permainan Tradisional Sunda

permaianan tradisional sunda

Permainan tradisioanal dari sunda yang sangat fenomenal adalah Cingcripit, cara bermainnya adalah dengan cara menentukan terlebih dahulu urutan permainan, dan juga menentukan yang akan menjadi emeng (kucing) dahulu. Cara bermainnya adalah dengan cara anak-anak membentuk lingkaran, kemudian salah satu diantaranya membuka telapak tangannya.

Kemudian satu persatu tangan dari peserta yang ikut permainan ditaruh diatas telapak tangan tersebut, sambil bersama-sama menyanyikan sebuah syair lagu. Berikut ini adalah lirik dari lagu Cingcripit.

Cing cripittulang bajing kacipit
Kacipit ku bulu pare
Bulu pare sesekeutna
Jol pa dalang mawa wayang
Jreg-jreg nong, jreg-jreg nong.

Kemudian ketika lagu hampir berahir, semua peserta yang ikut permainan bersiap-siap untuk mengangkat tangannya agar tidak tertangkap oleh si pemimpin tadi. Namun jika ada salah seorang yang jarinya tertangkap, maka dia yang akan menjadi emeng atau kucing.

Selain itu, juga ada permainan orang-orang atau bisa kita sebut denga ular-ularan. Merupakan permaianan yang dapat memadukan unsur suara dan juga gerakan. Permainan ini biasanya dapat dilakkukan dengan banyak anak, agar menambah keseruan permainan. Cara melakukan permainan ini adalah dua orang anak berpegangan tangan dan membentuk seperti gerbang.

Kemudian kedua orang yang menjadi gerbang tersebut memilih menjadi atau bulan, namun ini dirahasiakan agar pemain lain tidak mengetahui. Kemudian pemain lain memegang pundak teman didepannnya lalu berjalan melewati gerbang.

Pemain yang ada didepan dinamakan Hulu atau kepala, sedangkan pemain yang dibelakang dinamakan buntut atau ekor. Ketika pemain sedang berjalan, kemudian pemain yang menjadi gerbang menurunkan tangannya dan menangkap salah seorang pemain. Setelah itu itu pemain yang tertangkap ditanya memiliih bulan atau bintang.

Jika pemain memilih bintang dia akan berdiri dibelakan bintang, pun sebaliknya. Kemudian permainan dilanjutkan sampai semua pemain habis tertangkap. Kemudian, pemain yang berada di depan berusaha menculik pemain yang ada di belakang lawannya, dan yang habis duluan akan kalah.

Permainan Tradisional Jawa

permaianan tradisional  jawa

Permainan tradisional dari jawa yang sampai saat ini masih terus eksis dikalangan generasi kecil kita adalah petak umpet. Permainan ini minimal dapat dilakukan oleh dua anak, dan tidak ada batas maksimal peserta. Dari semua peserta, satu diantaranya dipilih untuk menjaga pos dengan mata ditutup.

Ketika menjaga pos, semua peserta yang lain bersembunyi ke tempat yang menurutnya paling aman. Ketika peserta sedang sembunyi, yang bertugas menjaga pos menghitung sampai beberapa hitungan, semisal hitungan satu sampai sepuluh. Setelah hitungan selesai, kemudian yang menjaga pos membuka matanya dan mencari teman-temannya yang sedang sembunyi.

Dan nanti orang yang pertama kali ketmu oleh sang penjaga pos, nanti dialah yang akan bertugas sebagai penjaga pos setelahnya. Permainan ini bisa dimainkan dimana saja, baik itu di dalam rumah, dihalaman rumah, di sekolah, di kebun atau dimanapun tempat yang memiliki tempat persembunyian.

Selanjutnya adalah permainan asal jawa tengah yang bernama Cublak-Cublak Suweng. Cara bermainnya adalah satu pemain harus berjongkok dilantai membentuk seperti meja dan yang lainnya meletakkan telapak tangan mereka di atas punggung teman yang berjongkok. Lalu mereka bernyanyi bersama-sama sambil memindahkan suatu benda yang biasa disebut dengan istilah kecik dari tangan satu ketangan yang lainnya.

Kecik tersebut di sembunyikan dari teman yang sedang berjongkok, setelah itu teman yang berjongkok mencari keberadaan kecik tersebut, dan menebak siapa yang menyembunyikan kecik tersebut. adapun lagu yang dinyanyikan adalah:

“Cublak-cublak suweng, suwenge teng geleter.
Mambu ketundung tugel, pak dempo welo-welo.
Sopo ngguyu dhelekake.
Sir sirpong dhele kopong, sir sirpong dhele kopong.

Ketika pas sampai lirik “sir” disitulah kecik mulai di sembunyikan. Kemudian jika berhasil menebak keberadaan kecik. Maka yang memegang keik menggantikan posisi teman yang berjongkok.

Permainan Tradisional Betawi

permaianan tradisional betawi

Salah satu bermainan tradisional Betawa yang sangat dikenal adalah Nenek gerondong. Permainan ini dimainkan dengan beramai-ramai, bahkan bisa mencapai sepuluh pemain. Kemudian, dua fiantara seluruh pemain menjadi nenek gondrong dan emak.

Cara bermainnya adalah nenek gondrong berjalan menggunakan tongkoat yang sudah disiapkan menghampiri anak-anak yang sedang bermain bersama teman-temannya.

Anak-anak saling memeluk punguung temannya hingga membuat barisan panjang dan yang paling depan adalah si Emak. Lalu terdapat percakapan antara nenek gerondong dengan Emak. Adapun percakapan diantara keduanya kurang lebih seperti ini.

Nenek : Tok tok tok.
Emak : Siapa?
Nenek : Nenek Gerondong.
Emak : Mau apa?
Nenek : Minta ubi.
Emak : Silahkan ubinya sudah masak.
Kemudain setelah itu Nenek Gerondong sebisa mungkin mengambil barisan anak di belakang Emak satu persatu, yang diumpamakan sebagai ubi.

Permainan Tradisional Madura

permaianan tradisional madura

Permainan tradisional yang sangat digemari oleh nanak-anak Madura adalah permainan Tor Cetoran. Perminan ini adalah permainan senapan, tapi senapannya dibuat sendiri menggunakan bambu. Permainan ini tidak akan berbahaya, kaena peluru yang digunakan menggunakan kertas basah, atau bisa juga menggunakan bunya jambu air yang jatuh kke tanah.

Proses pembuatan senapan bambu pun tidak membutuhkan biaya sama sekali. Sebab, bahan-bahan yang akan digunakan adalah dari ranting bambu yang biasanya biasanya dapat diperoleh di pekarangan salah seorang teman yang memiliki bambu. Yang digunakan untuk pletokannya, diambil dari bambu yang sudah tua, atau bambu yang keras dan kuat.

Bambu yang dibutuhkan adalah dua macam, yang pertama sebagai penyodok atau pletokan, dan yang satu lagi ranting bambu yang kecil dan biarkan tetap bundar dan utuh, dengan panjang sekitar 25 cm. namun untuk penyodoknya diberi gagang dengan panjang sekitar 7 cm.

Kemudian peluru dibuat dari kertas yang dibasahi dengan air lalu dimasukkan kedalam lubang laras sampai padat. Bisanya juga menggunakan bunga jambu air yang sudah berjatuhan di tanah, dengan cara dimasukkan kedalam laras lalu di pukul-pukul sedikit menggunakan gagang.

Setelah peluru siap langsung bisa di sodokkan, dan akan keluar bunyi suara yang nyaring.

Leave a Comment

Prove your humanity: 4   +   6   =